Puputan Bayu, Mati-Matian Blambangan lawan VOC

Ilustrasi Puputan Raja Buleleng

Perang Bayu atau Perang Puputan Bayu adalah salah satu perlawanan yang dilakukan oleh para pejuang Blambangan yang dipimpin Mas Rempeg atau Pangeran Jagapati dan Bapa Endha melawan Pasukan VOC yang dibantu oleh laskar-laskar pribumi dari Madura dan daerah Jawa Timur lainnya (Wikipedia). Namun apa yang menyebabkan terjadinya hal tersebut?

Latar Belakang

Pernah gak sih kamu nyerahin tanah yang bukan milik kamu kepada orang lain? Pada tahun 1743, Pakubuwono II sebagai penerus Mataram Islam dan Raja Terakhir Kraton Kasunanan Kartasura menyerahkan wilayah Madura, Pasuruan dan Blambangan atau sekarang lebih dikenal sebagai Banyuwangi kepada VOC dan tiap tahunnya VOC menyerahkan 20 Real kepada Kasunanan Kartasura.

Perjanjian tersebut diteken Pakubuwono II dengan Gubernur Jendral Van Imhoff. Yang menjadi masalah, perjanjian antara Pakubuwono II dan VOC ini tidak diketahui rakyat Blambangan. Selain itu, kawasan Blambangan sebenarnya masih menjadi area sengketa antara Dinasti Mataram dengan kerajaan Hindu bernama Mengwi yang berpusat di Badung, Bali.

Sebelum masuknya Islam ke Jawa, Blambangan merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Mengwi karena lokasinya yang memang tidak terlalu jauh dari Bali. Blambangan dan Mengwi hanya dipisahkan selat. Ketika wilayah ini diklaim Mataram, Mengwi tidak berani menentang frontal meskipun Mataram sebenarnya tidak pernah benar-benar menguasai Blambangan. Dengan lepasnya Blambangan dari Mataram, Mengwi kembali melakukan manuver agar bisa mengklaim wilayah itu lagi.


Penguasa Mengwi memberikan izin kepada Inggris untuk mendirikan kantor dagang di Ulu Pampang, kota pelabuhan yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Blambangan sebelum runtuh pada 1580.

VOC Tahu, Hanya saja…

VOC juga sebenarnya tahu bahwa Pakubuwono II bukanlah pemilik Blambangan yang sebenarnya, karena rakyat dan penguasa wilayah ini selalu menolak tunduk kepada Mataram. Hanya saja, VOC tampaknya enggan membuang-buang waktu dan tenaga jika terjadi perlawanan dari rakyat Blambangan.

Namun, anggapan VOC tersebut kemudian berubah setelah Inggris ikut campur di wilayah Blambangan atas izin Kerajaan Mengwi pada 1766. VOC segera melakukan patroli di selat Bali untuk menangkap kapal-kapal Inggris. Situasi cukup memburuk sehingga VOC mengirim Pasukan terdiri dari ratusan serdadu Eropa ditambah bantuan 3.000 prajurit dari Madura dan Pasuruan. Tak hanya itu, Belanda juga mengirimkan 25 kapal besar dan kapal-kapal lainnya yang berukuran lebih kecil.

Ekspedisi Blambangan

Ekspedisi Blambangan yang dilakukan VOC akhirnya dimulai pada 27 Februari 1767 dan mulai mendirikan benteng di Panarukan. Dari situ, pasukan VOC bergerak melalui jalur darat di bawah pimpinan Letnan Erdwijn Blanke dari Semarang. Dalam 22 hari, mereka tiba di Banyualit yang sudah termasuk wilayah Blambangan.

Perlawanan Rakyat Blambangan dipimpin Pangeran Puger yang merupakan anak dari Wong Agung Wilis, penguasa Blambangan yang ditunjuk VOC kala itu. Tapi, Wong Agung Wilis justru memanfaatkan itu untuk menghimpun kekuatan melawan VOC. Wong Agung Wilis merupakan anak pemimpin Blambangan sebelumnya, yakni Pangeran Danureja, dengan seorang putri dari Kerajaan Mengwi di Bali. Selain bisa menyatukan kekuatan Blambangan dan Mengwi, Wilis juga didukung pula oleh Bupati Malayakusuma dari Malang yang juga enggan tunduk kepada Mataram. Dan dengan segenap kekuatan yang ada padanya, Wong Agung Wilis memimpin perlawanan terhadap VOC. Ia dibantu Mas Rempeg alias Pangeran Jagapati yang masih keturunan Raja Blambangan, Prabu Tawangalun.

Wong Wilis Ditangkap, Puputan Bayu Terjadi

Namun pada 1768, Wong Agung Wilis ditangkap dan diasingkan ke Maluku. Dan sepeninggalnya, rakyat Blambangan tersiksa karena satu-persatu desa jatuh ke tangan VOC. VOC juga memperlakuan kejam rakyat desa yang ditaklukannya, hal itu membuat rakyat semakin sengsara. Akibatnya banyak rakyat Blambangan yang mengungsi ke Desa Bayu di Lereng Gunung Raung yang sekarang terletak di Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi.


Pangeran Jagapati dan pasukannya pun juga makin terdesak ke Bayu. Pada akhirnya, pada 18 Desember 1771, terjadi Puputan alias perang habis-habisan di Bayu. Tercatat sekitar 60.000 orang di Bayu, tewas, melarikan diri, atau hilang tanpa jejak. Di kubu VOC, mereka mengerahkan sekitar 10.000 personil dengan senjata yang cukup mutakhir dan lengkap. Selain itu, biaya yang ditelan VOC untuk peperangan ini adalah 8 ton emas. Meskipun menang, VOC merugi karena Blambangan kurang memberikan keuntungan bagi VOC maupun Belanda setelah berakhirnya era VOC. Sebuah tugu pun didirikan pada 2003 untuk memperingati Puputan Bayu. Dan 18 Desember dijadikan hari jadi Kabupaten Banyuwangi. Selamat Ulang Tahun bagi warga Banyuwangi!

Referensi dan Pranala Luar:
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Bayu
https://tirto.id/puputan-bayu-perang-habis-habisan-blambangan-vs-belanda-cBSX

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post
Torii Gate sebagai Melambangkan Shinto

Berakhirnya Shinto sebagai agama negara Jepang atas perintah Jenderal MacArthur

Next Post
Bendera Uni Emirat Arab

Tebentuk dan Bersatunya Uni Emirat Arab

Related Posts