Perlawanan Rakyat Pahang di Jeram Ampai Terhadap Inggris

Peristiwa Jeram Ampai

Perjuangan umat Islam dalam melawan penjajahan dan imperialisme barat telah melahirkan tokoh-tokoh serta gerakan-gerakan perjuangan yang dilandasi oleh isu-isu keagamaan.

Di tanah Melayu sendiri, kebangkitan golongan Islam dalam melawan imperialis Inggris telah melahirkan tokoh-tokoh perjuangan seperti Tok Sagor di Perak, Dato’ Dol Said di Melaka, Dato’ Bahaman di Pahang, Tok Janggut di Kelantan dan Tok Limbong di Terengganu.

Dari sekian banyak perlawanan yang dilakukan, Peristiwa Jeram Ampai merupakan salah satu peristiwa penting dari bangkitnya perlawanan Islam atau biasa disebut jihad.

Peristiwa Jeram Ampai sendiri merupakan perlawanan yang dilakukan oleh gabungan para pejuang, ulama, sultan dan rakyat dari 3 negara bagian (negeri), yaitu Pahang, Terengganu, dan Kelantan. Perjuangan ini berlangsung pada 14 Juni 1894 hingga berakhir pada 29 Juni 1894, ketika Inggris mengirim pasukannya untuk menangkap para pejuang.

Latar Belakang

Pahang dan Inggris telah saling menjalin hubungan sejak lama, namun terjadi perselisihan diantara keduanya sekitar tahun 1880-an. Akibat dari perselisihan tersebut, Inggris ingin agar Sultan Ahmad (Sultan Pahang pada saat itu) menerima kehadiran seorang penasihat Inggris.

Inggris terus menekan Sultan untuk menerima kehadiran penasihat tersebut, namun Sultan berkali-kali menolak hal itu. Akhirnya atas bantuan Sultan Abu Bakar dari Johor serta William Fraser dari Perusahaan Pertambangan di Pahang, Sultan Ahmad berhasil diyakinkan untuk menerima seorang agen Inggris—Sir Hugh Charles Clifford—sebagai utusan pada Desember 1887.

Setelah perundingan panjang, akhirnya pada 24 Agustus 1888, Sultan Ahmad dengan terpaksa menandatangani pelantikan Residen Inggris di Pahang. Sejak saat itu, John Pickersgill Rodger secara resmi menjabat sebagai Residen Inggris yang pertama di Pahang.

Setelah Inggris berhasil menempatkan residennya, secara tidak langsung Inggris telah berhasil menguasai Pahang. Pahang kemudian dimasukkan oleh Inggris ke dalam Persekutuan Negeri-Negeri Bersekutu (Negeri-negeri Melayu Bersekutu) pada 1896, yang berpusat di Kuala Lumpur. Frank Swettenham kemudian menjadi Residen Jenderal pertama Negeri-negeri Melayu Bersekutu.

Perubahan dinamika politik pada akhirnya akan mendorong rakyat Pahang untuk bangkit melawan perluasan pengaruh Inggris, yang juga sangat berdampak kepada kemerdekaan Pahang.

Aksi menolak Inggris ini kemudian mengarah pada kebangkitan yang dipimpin oleh Dato’ Bahaman, Imam Rasu dan Mat Kilau. Aksi ini dimulai dengan serangan ke Lubuk Trua pada 21 Desember 1891, dan diikuti dengan gerakan serentak pada 5 April 1892.

Aksi pemberontakan terhadap Inggris sebenarnya muncul akibat dari Sultan Ahmad serta para pembesar Pahang, seperti atuk Bahaman, Maharaja Perba Jelai, Datuk Kaya Chenor dan Imam Perang Indera Gajah (Tok Gajah) sebenarnya tidak ingin menerima keberadaan Residen Inggris.

Hal itu dikarenakan sejak intervensi Inggris di Pahang tersebut, Sultan hanya menjadi seorang Penguasa-in-Dewan. Akibatnya, hal itu mengurangi kekuasaan serta wewenang sultan karena harus bertindak sesuai dengan nasihat Residen Inggris dan Dewan Negara.

Wewenang sultan pun menjadi terbatas disekitar hal-hal yang berkaitan dengan Islam serta adat Melayu. Sikap Inggris yang tidak adil dalam melakukan perubahan administrasi di Pahang ini lah yang menjadi alasan rakyat Pahang bergerak melawan Inggris.

Dipukul Mundur Oleh Inggris

Aksi yang dipimpin oleh Dato’ Bahaman, Imam Rasu dan Mat Kilau kemudian dibalas oleh Inggris pada September 1892. Serangan balasan Inggris ini berhasil memukul mundur para pejuang hingga ke perbatasan Kelantan pada bulan September 1892.

Para pejuang Pahang yang mundur ke Kelantan tadi kemudian sempat ditolong oleh Sultan Kelantan. Setelah itu, mereka kemudian berpindah ke Terengganu, dan mendapat perlindungan dari Tokku Paloh, ulama besar Terengganu yang sangat berpengaruh di Keraton Terengganu pada saat itu.

Di Terengganu, tepatnya di Paloh, disinilah para pejuang tadi mendapatkan dukungan semangat jihad dari Tokku Paloh untuk membebaskan Pahang dari pengaruh Inggris. Akhirnya pada bulan Mei 1894, disusunlah rencana untuk menyerang benteng Inggris di Jeram Ampai dengan bantuan orang-orang Terengganu dan Kelantan.

Mereka kemudian berhasil menyelundupkan senjata api dari Singapura ke pusat pergerakan mereka di Paloh, yang didukung oleh para sultan serta petinggi Kelantan dan Terengganu. Rencana mereka telah disiapkan dengan matang dan sedemikian rupa, sehingga mata-mata Inggris pun tidak bisa mendeteksi aksi serta rencana mereka.

Pada tanggal 14 Juni 1894, para pejuang Pahang dibantu oleh Kelantan dan Terengganu menyerang benteng Inggris, yaitu kantor polisi Jeram Ampai. Sesuai rencana, mereka berhasil merebut dan membunuh sebagian dari total 11 orang polisi Inggris yang berbangsa Sikh.

Namun sepertinya rencana mereka tidak berjalan semulus yang dibayangkan, seorang polisi Sikh yang terluka berhasil melarikan diri. Tidak hanya itu, polisi tersebut juga berhasil menghubungi Panglima Garang Yusof, sehingga berita tentang penyandraan ini sampai hingga ke Pekan, Pahang.

Sebelumnya, Dato ‘Bahaman, Imam Rasu dan Mat Kilau sempat menuju ke Pulau Tawar untuk mengajak Panglima Garang Yusof dan Tok Raja agar bergabung dan mendukung mereka.

Sayangnya, Panglima Garang Yusof dan Tok Raja menolak dan lebih memilih menjadi bawahan Inggris.Tok Raja dan Panglima Garang Yusof kemudian menyerang pasukan Mat Kelubi di Lipis pada 17 Juni 1894.

Peristiwa Jeram Ampai

Kemudian pada 18 Juni 1894, Penjabat Residen Inggris Walter Egerton, membawa polisi dan tentara Sikh dari Selangor dan Perak untuk bergabung dengan pasukan Panglima Garang Yusof di Kuala Tembeling.

Mereka pun segera bergerak untuk merebut Jeram Ampai yang telah dikuasai oleh Dato’ Bahaman dan Tok Gajah Imam Rasu. Pada tanggal 29 Juni 1894, Inggris berhasil merebut Jeram Ampai, korban jiwa pun berjatuhan dari kedua sisi.

Dalam serangan kali ini, seorang perwira Inggris bernama Wise (penjabat Inspektur Ulu Pahang) dan empat polisi Sikh tewas. Sementara di sisi para pejuang Pahang, dilaporkan setidaknya 40 orang pejuang tewas. Meskipun demikian, Inggris tetap tidak berhasil menangkap para pemimpin pergerakan ini.

Inggris kemudian meminta bantuan Siam (sekarang Thailand) untuk membantu menangkapnya. Para pemimpin pergerakan tadi akhirnya bersembunyi dan membuat tipuan bahwa mereka telah dibunuh.

Informasi lainnya, mereka akhirnya menyerahkan diri kepada Kerajaan Siam, namun mereka diberikan perlindungan dan dikirimkan ke Chiang Mai pada awal 1896. Setelah Malaysia merdeka, sebagian dari mereka—termasuk Mat Kilau—akhirnya keluar dari persembunyiannya pada tahun 1969.

  • Thio, E. (1957). The Extension of British Control to Pahang. Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society,30(1 (177)), 46-74. Retrieved June 30, 2021, from http://www.jstor.org/stable/41503107
  • Wikipedia contributors. (2021, June 11). Pahang. Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Pahang#Old_sultanate
  • Adhar, Z. (2020, January 17). Peristiwa Jeram Ampai 1894: Kebangkitan jihad. HarakahDaily. https://harakahdaily.net/index.php/2020/01/17/peristiwa-jeram-ampai-1894-kebangkitan-jihad/
  • Minai Rajab, A. & Arkib Negara Malaysia. (n.d.). Pejuang-Pejuang Pahang Menawan Kubu Inggeris Di Jeram Ampai. HIDS – Hari Ini Dalam Sejarah. Retrieved June 30, 2021, from http://hids.arkib.gov.my/#/site_peristiwa/2335
  • Arkib Negara Malaysia. (n.d.). Peristiwa Jeram Ampai. HIDS – Hari Ini Dalam Sejarah. Retrieved July 1, 2021, from http://hids.arkib.gov.my/#/site_peristiwa/2335
  • PeKhabar. (2018, March 10). Serangan Inggeris Ke Atas Jeram Ampai. https://pekhabar.com/peristiwa-jeram-ampai/
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post
foto Stalin yang telah diedit untuk kepentingan pembersihan besar-besaran

Pembersihan Besar-Besaran Stalin Di Uni Soviet

Next Post
sejarah bikini

Pakaian ‘Bikini’ dan Pengujian Bom Atom di Bikini Atoll

Related Posts